144 tahun Jembatan Lama Kota Kediri

Pertama di Jawa Gunakan Konstruksi Besi
 
Pada 18 Maret 2013 Jembatan Lama Kota Kediri berulang tahun ke 144. Jembatan peninggalan Belanda ini mulai digunakan sebagai jembatan “Groote Postweg” (jalan raya) oleh pemerintah Kolonial Belanda pada 18 Maret 1869.
UNTUK pertama kalinya komunitas pemerhati sejarah Kediri menggelar pepiling 144 tahun Jembatan Lama Kota Kediri. Menandai kegiatan itu para komunitas pemerhati sejarah menghias jembatan lama dengan janur kuning melengkung di pagar jembatan.
Bukan itu saja baliho besar yang mengungkap sekilas sejarah jembatan juga dipampang di ujung timur dan barat jembatan. Ada juga beberapa foto jembatan lama dari masa ke masa yang dipampang di pagar jembatan.
Acara mengenang jembatan lama ini dikemas bertema Brug Over Den Brantas te Kediri 144 atau Peringatan ke 144 tahun Jembatan Lama Kota Kediri. Jembatan lama di Kota Kediri ini merupakan jembatan pertama di tanah Jawa yang menggunakan konstruksi besi. Dibangun di atas tiang sekrup yang dipasang di dalam Sungai Brantas.
Sebagai jembatan yang dirancang sebagai konstruksi besi, sekaligus menjadi penanda kemajuan rancangan bangun konstruksi sipil di masa pemerintah Belanda. Keberadaan jembatan ini banyak meninggalkan kenangan bagi masyarakat di Kota Kediri. Karso Mulyo (75) merupakan salah satu warga yang saat remaja sempat menyaksikan jembatan lama kebanjiran tahun 1954. Banjir besar itu membuat aliran sungai nyaris rata dengan badan jembatan. Namun karena jembatan dibangun dengan fondasi tiang pancang besi yang kuat mampu menahan derasnya aliran Sungai Brantas. “Banjirnya besar tapi jembatannya tidak sampai rusak,” tuturnya.
Penuturan Karso juga terungkap dari sedikit koleksi foto jembatan lama. Dari dokumentasi koleksi foto “Kediri’s Photograph Museum”, beberapa kali jembatan lama diterjang banjir besar Sungai Brantas. Banjir yang paling parah tahun 1954, dimana pagar jembatan banyak yang roboh, namun konstruksinya yang kokoh, jembatan tidak mengalami pergeseran.
Sementara dari penelusuran Imam Mubarok, pemerhati sejarah Kediri, jembatan besi pertama di Jawa ini dirancang seorang insinyur bernama Sytze Westerbaan Muurling. Data tentang pembangunan Jembatan Lama tersebut diperoleh dari buku yang didapatkan dari Belanda dengan judul “Nieuw Nederlandsch Biografisch Woordenboek”. “Kami butuh penelusuran yang cukup lama untuk mengungkap misteri jembatan lama,” ungkap Imam Mubarok.
Olivier Johanes, salah satu narasumbernya di Belanda yang juga seorang pengamat budaya Indonesia, merupakan orang yang pertama menyebutkan tentang sejarah panjang jembatan lama Kota Kediri. Oliver juga memberikan informasi seputar pembangunannya pada abad 19. Keberadaan jembatan lama yang menjadi penghubung wilayah barat dan timur Kota Kediri itu sangat diperlukan pada masa itu. Karena melalui jembatan lama menjadi penghubung wilayah Madiun dan Surabaya.
Sementara penelusuran terkait siapa Sytze Westerbaan Muurling, Imam Mubarok mendapatkan data jika insinyur itu pernah mendapatkan julukan chief engineer di massanya. Sytze Westerbaan lahir di Belanda pada 29 November 1836 dan meninggal dunia 17 Oktober 1876 di Batavia. Sementara dari sejarah pembangunan sendiri diperoleh informasi jika pembangunan jembatan lama harus tiga kali dilakukan lelang. Lelang pertama dilakukan 27 April 1863 di Batavia berakhir dengan kegagalan. Selanjutnya lelang kedua 30 Desember 1863 juga di Batavia untuk pemborongan pekerjaan di bawah tangan juga gagal. Baru pada lelang ketiga 31 Juli 1865 pemborongan pekerjaan berhasil dengan nilai 212.000 gulden.
Semula jembatan lama dirancang dengan fondasi batu sesuai dengan usulan seorang kapten zeni. Namun pemakaian batu yang besar itu akhirnya dibatalkan karena dikhawatirkan menghalangi aliran sungai. Pilihan akhirnya jatuh pada rancangan Sytze Westerbaan yang memakai konstruksi rangka jembatan dipilih dari besi. Belakangan terbukti rancangan dengan konstruksi besi bertahan lama dibanding dengan fondasi batu. Hendra (38), salah satu warga Kota Kediri salut dengan konstruksi bangunan jembatan lama yang dapat bertahan lama. Dia membandingkan dengan jembatan Semampir yang kondisinya sudah renggang. “Jembatan Semampir yang baru belasan tahun sudah retak-retak dan renggang, namun jembatan lama yang usianya hampir satu setengah abad kondisinya masih bagus,” tuturnya. Jembatan lama hingga kini menjadi penyambung urat nadi kehidupan masyarakat. “Kita harus akui bangunan peninggalan Belanda memang konstruksinya bagus karena pembangunannya tidak dikorupsi,”ungkapnya. (didik mashudi)


Sumber : Koran Surya edisi Senin, 18 Maret 2013

 

Comments

  1. Ada nggak informasi yang tercatat untuk bangunan kolonial di Jalan Panglima Sudirman (tepatnya Selatan Ramayana, samping Sate Siboen) ?? Mohon bantuannya ??

    ReplyDelete
  2. Dimana sy bisa mendapatkan info atau kontak salah satu komunitas pemerhati sejarah di Kota Kediri ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. maaf, kak saya kurang tahu... soalnya narasumbernya banyak banget..

      Delete
    2. bisa menghubungi komunitas pasak kota kediri

      Delete

Post a Comment

Popular Posts